Suci Atiaprilia, Suci Atiaprilia (2024) Kajian Kearifan Lokal “Ampa Fare” Komoditi Padi (Oryza sativa L) Dalam Aktivitas Pertanian “Suku Mbojo” (Studi Kasus Pada Desa Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima). Other thesis, Universitas Muslim Indonesia.
Text
SAMPUL.pdf Download (136kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN.pdf Download (1MB) |
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (293kB) |
|
Text
DAFTAR ISI .pdf Download (294kB) |
|
Text
Pendahuluan.pdf Download (532kB) |
|
Text
HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf Download (1MB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (235kB) |
Abstract
Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (lisan atau tulisan). Kearifan lokal lahir karena kebutuhan akan nilai, norma dan aturan yang menjadi model untuk melakukan suatu tindakan. Kearifan lokal penting untuk dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan lingkungannya khusunya kearifan lokal di bidang pertanian. Masyarakat Suku Mbojo di Desa Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima sudah lama memegang sebuah budaya panen raya yang disebut dengan tradisi “Ampa Fare” (menyimpan padi di lumbung) atau biasa disebut dengan rumah adat “Uma Lengge”. Tradisi ini adalah kegiatan upacara mengangkut dan menyimpan padi ke lumbung “Uma Lengge” ketika sudah masuk musim panen sebagai bentuk rasa syukur pada sang pencipta atas keberhasilan panen (padi). Penelitian bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan latar belakang lahirnya tradisi kearifan lokal “Ampa Fare” di Desa Maria, Kec. Wawo, Kab. Bima, (2) Mendeskripsikan rangkaian prosesi upacara tradisi “Ampa Fare” pada aktivitas pertanian, (3) Mengidentifikasi pelaksanakan tradisi Ampa Fare pada aktivitas pertanian, (4) Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi tradisi “Ampa Fare” ini masih di pertahankan dan ditinggalkan, (5) Mengidentifikasi jumlah produksi dan menganalisis pendapatan petani padi. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan kriteria petani padi sebanyak 20 orang yang memiliki pemahaman dan pengetahuan terutama yang berkenaan dengan kearifan lokal yang ada pada Ampa Fare. Selain petani padi, peneliti juga memilih informan kunci (key informan) sebanyak 2 orang. Dimana key informan dalam hal ini adalah tokoh adat dan pemelihara situs Uma Lengge yang mengetahui secara mendalam tentang kearifan lokal Ampa Fare. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan responden yang kemudian dianalisis. Metode analisis data adalah deskriptif kualitatif dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tradisi Ampa Fare mengandung makna doa dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan hasil panen yang melimpah serta mengajarkan masyarakat agar selalu hidup berhemat, (2) Rangkaian Pelaksanaan tradisi Ampa Fare di Desa Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima ini diawali dengan musyawarah mufakat (Mbolo Rasa), menenun dan memakai Rimpu untuk perempuan dan Katente untuk Laki-laki (Rimpu dan Katente Tembe), (Fare Pako) mengikat padi dengan menggunakan bambu yang sudah di bilah kecil lalu dijemur dengan hatihati selama dua hingga tiga hari, berkumpul di Uma Lengge mendengarkan (pantun nasihat Dou Mbojo), memukul lesung (Kareku Kandei), adu kepala (Ntumbu), penyambutan tamu sekaligus pemotongan tali pita (Makatua), menyaksikan drama yang menceritakan latar belakang tradisi Ampa Fare, Melempar hasil panen padi (Ampa Fare) keatas Uma Lengge secara bergantian, doa dan zikir ini sekaligus untuk mendoakan hasil panen padi yang disimpan di Úma Lengge agar tetap aman dan terjaga hingga terhindar dari gangguangangguan tikus dan hewan lainnya yang bisa merusak stok padi, dan ditutup dengan makan bersama, (3) Tradisi Ampa Fare masih di laksanakan hingga saat ini di Desa Maria dan yang tidak ikut serta dalam kegiatan Kareku Kandei sebanyak 13 orang, Ntumbu 7 orang, Makatua 10 orang dan Mbolo Rasa 3 orang , (4) Faktor tradisi Ampa Fare ini masih dipertahankan yaitu: masyarakat masih menghargai dan menghormati ajaran dari nenek moyang dan pemerintah masih memberikan dukungan berupa kebijakan, program budaya dan dukungan finansial. Sedangkan faktor yang menyebabkan tradisi Ampa Fare ditinggalkan yaitu Urbanisasi dan masuknya era modern (modernisai) ke Desa Maria, (5) Ratarata produksi padi petani memperoleh sebesar 7.634 Kg lebih tinggi dari produktivitas sebesar 6.075 Kg dan rata-rata pendapatan per petani sebesar Rp. 47.404.206 sedangkan pendapatan per Ha sebesar Rp. 33.250.424.
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kearifan Lokal, Ampa Fare, Suku Mbojo, Uma Lengge |
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | FAKULTAS PERTANIAN > AGROBISNIS |
Depositing User: | operator 12 |
Date Deposited: | 14 Aug 2024 07:40 |
Last Modified: | 14 Aug 2024 07:40 |
URI: | http://repository.umi.ac.id/id/eprint/6631 |
Actions (login required)
View Item |